Muh. Basri lampe: Masihkah Penegakan Hukum Berjalan sesuai Undang-undang
Blogger.com, Makassar- Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum (FH) Universitas Muslim
Indonesia (UMI) sukses mengelar diskusi pelataran di FH UMI depan
Sekretariat BEM FH UMI Jln. Urip Sumoharjo Makassar Rabu, 7 Desember
2016 sore beberapa hari yang lalu.
Kegiatan ini, dihadiri peserta sekitar
dua puluh orang dari berbagai Lembaga internal FH UMI. Dengan mengankat
tema “Hukum Tajam ke Bawah Tumpul ke Atas, Apa Solusi Para Penegak
Hukum?“ dan menghadirkan narasumber antaranya Damang (Pasca Hukum UMI)
dan dari Kapolsek panakkukang yang diwakili oleh Ipda Asep Widianto dan
moderator Al Fian (Mentri Politik Hukum dan HAM FH UMI) yang kemudian
dia tidak sempat hadir. Akhirnya, dia digantikan oleh Muh. Basri Lampe
(Mentri Perguruan Tinggi dan Kepemudaan BEM FH UMI) yang juga selaku
penanngung jawab acara tersebut.
Muh. Basri Lampe menjelaskan, bahwa
kegiatan ini dilaksnakan salah satunya untuk mengukur kebersatuan
Mahasiswa khususnya Mahasiswa FH UMI. Dan juga, supaya mengetahui apa
penyebab sehingga saat ini, kelihatannya penegakan hukum tidak sesuai
harapan masyarakat yang katanya hukum hanya tajam ke bawah tumpul ke
atas sesuai tema yang di angkat. Olehnya itu dia mengharapkan, seuasai
diskusi ini teman-teman yang sempat hadir bisa sadar atau mereka pahami
terkait hak asasi manusia, karena akan momentum hari HAM Se-Dunia pada
tanggal 10 Desember 2016, ungkap basri..
Selain itu, Damang menjelaskan bahwa ada
tiga hal hukum di Indonesia perlu di junjung tinggi pertama Hukum
Islam, yang menekangkan pada manusia saling membantu yang dimana ketika
orang membunuh 1 orang sama halnya dia membunuh semua orang dan begitu
sebaliknya, ketika orang menghidupi 1 orang maka sama dengan menghidupi
semua orang. Kemudian yang ke dua, Hukum Positif, yang dimana menjunjung
tinggi asas legalitas yang menyatakan bahwa tidak ada orang yang
bersalah sebelum hakim memutuskan yang si terdakwa.
Juga dia, menegaskan
bahwa ketika mau menkritik harus punya data dan bukan hanya menkeritik
tapi juga harus memberikan solusi, karena mahasiswa idealisme tidak
hanya pintar menkritik tetapi harus pintar memberikan solusi.
Kemudian yang ke tiga Hukum adat, yang
menitik beratkan pada kebiasaan atau kultural yang biasanya malu ketika
usahanya tidak tercapai. Yang juga belajar pada pilosofi alam yaitu air,
api, angin dan tanah yang semuanya punya makna, jelas damang.
Sementara itu, Ipda Asep mengungkapkan
terkait aksi atau demo yang biasa dilakukan Mahasiswa UMI yang khususnya
FH UMI ketika pada hari nasional, dia mengharapkan agar mahasiswa tidak
lagi melakukan aksi atau demo menutup jalan seperti di tahun-tahun yang
lalu yang dilakukan oleh senior-senior kalian. Tetapi harus memberikan
yang beda yaitu membuat kreativitas atau membuat panggung orasi,
terangnya.(*)
Komentar
Posting Komentar