Inilah Pembesar Muhammadiyah yang Pernah Aktif Organisasi Komunis


Buku Benteng Muhammadiyah yang Mengisahkan Biografi Haji Fachrodin, Karya Mu’arif Terbitan Suara Muhammadiyah Tahun 2010.

Blogger.com -- Sebelum Partai Komunis Indonesia, organisasi komunis di negeri ini adalah Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV). Organisasi ini berdiri 9 Mei 1914. 

Siapa yang mengira, salah satu aktivis organisasi komunis itu adalah tokoh besar Muhammadiyah, murid langsung Kiai Ahmad Dahlan. Haji Fakhrodin, Mantan Sekretaris Hoofdbestuur (kini Pimpinan Pusat) Muhammadiyah (1918) dan Ketua Bagian (kini Majelis) Tabligh Muhammadiyah yang pertama (1920), adalah pengurus ISDV Cabang Yogyakarta.

Keterlibatan mendalam Haji Fachrodin dapat dilihat ketika Sneevliet, pendiri ISDV diusir oleh Pemerintah Kolonial Belanda, pada tahun 1918. Peintis berdirinya Suara Muhammadiyah ini membela Sneevliet dengan menulis artikel di Srie Diponegoro tahun 1918 Nomor 25.
Dalam tulisannya, Fachrodin menyebut pendiri ISDV ini sebagai seorang Belanda yang menjadi aktivis pergerakan pembela rakyat jelata dan tertindas, karena itu, ia menolak pengusiran Bule Komunis itu.
Tidak hanya ISDV, Fachrodin juga merupakan petinggi dari Indische  Journalisten Bond (IJB), organisasi wartawan pribumi pertama yang didirikan oleh Mas Marco Kartodikromo. IJB merupakan organisasi sayap ISDV. Karena itu, ideologinya sama. Pendiri organisasi wartawan ini adalah sahabat karib Sneevliet yang juga pengurus ISDV.

Haji Fachrodin, Wartawan Rasional, Penentang Feodalisme dan Kolonialisme 

Nama kelahirannya adalah Achmad Djazoeli. Sejak kecil ia sudah memiliki minat literasi. Ia menyenangi jurnalistik, sehingga saat ia bertemu dengan Mas Marco Kartodikromo, dijadikannyalah tokoh Sarekat Islam Merah ini sebagai guru jurnalistiknya.

Haji Fachrodin dan Mas Marco adalah anggota Sarekat Islam. Akan tetapi, kecenderungan pemikirannya mengarah ke Sarekat Islam Merah, sama dengan Haji Misbach dan Tirto Adhi Soeryo, dua tokoh jurnalistik zaman sebelum kemerdekaan.

Mas Marco adalah penggerak surat kabar Doenia Bergerak, sementara Haji Fachrodin, kontributor utama surat kabar ini. Dari sinilah, ia mendapatkan modal pengalaman mengelola Srie Dipogoro dan Swara Moehammadijah (Suara Muhammadiyah).

Karakter Fachrodin adalah orang yang rasional dan menentang penindasan, keterjajahan, serta kapitalisme. Karena inilah mungkin ia tertarik untuk bergabung dengan ISDV.
Sewaktu mengelola Swara Moehammadijah, lelaki kelahiran Kauman Yogyakarta ini membuat kolom tanya jawab agama.  Jawaban-jawaban yang ia berikan kepada penanya selalu jawaban yang rasional  meski tetap bersandar pada Quran dan Sunah.

Dialah yang membuat khalayak, khususnya di Jogjakarta, tidak lagi mengaharamkan salat menggunakan celana panjang (pantalon) dan penerimaan gaji dari Pemerintah Belanda. Ini karena jawaban Haji Fachrodin di kolom Tanja Djawab Agama, Swara Moehammadijah.

Haji Fachrodin sangat manut atas penyadaran Kiai Ahmad Dahlan bahwa seharusnya umat Islam menentang keras penindasan,  keterjajahan, serta menjunjung tinggi kesetaraan sesama manusia.
Ia, meskipun merupakan putra abdi dalem Kesultanan Yogyakarta, sangat menentang feodalisme. Ia pernah dengan gamblang menolak memberi penyembahan kepada Sultan Hamengkubowono VIII. Ia tegas menjelaskan bahwa Islam menolak pengultusan manusia.

Fachrodin juga menentang kolonialisme, meski Sarekat Islam Merah menuding Fachrodin dekat dengan para kapitalis dan kolonial. Mungkin, tudingan ini karena konon, meski aktif dalam ISDV,Fchrodin menolak untuk menganut paham komunisme.

Fachrodin pernah melakukan perlawanan ketika beberapa kebijakan pemerintah kolonial sangat merugikan pribumi, khususnya umat Islam, seperti pembatasan jumlah guru agama di Sekolah Muhammadiyah.

Ia juga selalu berpesan kepada Hizbul Wathan, gerakan kepanduan Muhammadiyah, untuk selalu siap-sedia mengubah tongkatnya untuk menjadi senapan tempur melawan Kolonial Belanda. Maksud pesan Fakhrodin itu, tongkat-tongkat tersebut harus digunakan untuk melawan penjajahan Belanda.

Sumber: Buku Benteng Muhamamdiyah Sepenggal Riwayat dan Pemikiran Haji Fachrodin (1890–1929),  Karya Mua’arif, Terbitan Suara Muhammadiyah (2010). 

http://www.khittah.co/inilah-pembesar-muhammadiyah-yang-aktivis-organisasi-komunis/7682/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Analisis Putusan PTUN Tingkat Pertama

Abdullah Daeng Sirua, Orang Muhammadiyah yang diabadikan sebagai Nama Jalan di Makassar

Delik Kejahatan Berbuat sesuatu atau tidak Berbuat seuatu